Mengenal Pelukis Asal Indonesia, Agus Djaya

Mengenal Pelukis Asal Indonesia, Agus Djaya

Agus Djaya merupakan seorang pelukis asal Indonesia yang lahir di Pandeglang, Banten, 1 April 1913, pada masa penjajahan Jepang sendiri ia direkomendasikan oleh Soekarno untuk menjadi Ketua Pusat Kebudayaan Bagian Senirupa pada tahun 1942 hingga 1945.

Dan pada zaman revolusi sendiri kemerdekaan ia aktif sebagai Kolonel Intel dan F.P atau persiapan lapangan. Setelah Indonesia merdeka ia kembali aktif ke dunia seni rupa.

Terdapat suasana magis yang terpancaar dari warna biru dan merah dai seorang Agus Djaya. Sesosok penari yang tampil dalam lukisannya tersebut merupakan penampilan suasana ritual dari masyarakat pada saat itu yang masih sangat kental dengan alam.

Warna biru dan merah dari Agus ini seperti sudah menemukan karekter mereka sendiri, sehingga warna tersebut merupakan warna yang dekat dengan Agus sendiri.

Agus pernah mengerjakan objek wayang, dan ia merasakan kekayaan yang luar biasa dari wayang, Agus juga diketahui sangat tertarik dengan dunia perwayangan.

Ia sendiri merupakan pendiri sekaligus ketua dari Persagi atau bisa dikenal sebagai Persatuan Ahli Gambar Indonesia, organisasi tersebut merupakan organisasi pertama seni rupa di Indonesia pada periode 1937 hingga 1942.

Cita-cita organisasi tersebut ternyata selaras dengan cita-cita dari pergerakan nasional, banyak lukisannya yang mengisi buku koleksi lukisan Presiden Soekarno yang dicetak di Beijing pada tahun 1960-an. Ia juga menerima Pendidikan kesenian dari akademi Seni Rupa Amsterdam.

Dalam hidupnya juga ia sering menertawakan dirinya yang rela mengabdi untuk seni dan harus rela meninggalkan kariernya sebagai calon jendral.

Ketika Indonesia sudah diakui kedaulatannya, pada tahun 50. Agus Djaya yang semasa itu tidak berada di Indonesia akhirnya kembali ke Tanah Air untuk membuka jenis usaha  seperti mendirikan Art Shop dan galeri di Jakarta.

Di tahun 60-an, ia juga berhasil mencetak beberapa lukisan berhasil ia cetak waktu di Jepang, dan sebagain besar lukisan tersebut menjadi koleksi buku dari Soekarno

Pada tahun 76 ia akhirnya membuka pameran tunggalnya di Taman Izmail Marzuki yang pertama kali setelah absen berpameran tunggal setelah 40 tahun lamanya.

Dalam pameran tersebut, ia memajang lebih dari 70 buah lukisan, dan lukisan tersebut beranjak dari seni-sosok hingga menjadi yang bersifat abstrak atau juga semi abstrak.

Ia juga diketahui pernah mengadakan pameran di luar negri antara lain Stedeljik Museum Amsterdam, Galerie Barbison Paris, Grand Prix des Beaux Art Monaco, Biennale Sao Paolo Brazil, dan International Art Gallery Sydney.

Pelukis yang satu ini juga memiliki karya yang lebih banyak menggambarkan wanita menari dengan menunjukan kedekatan manusia dengan alam.

Semasa ia hidup juga sudah banyak mendapatkan penghargaan, antara lain Soerat Angkatan bertandatangan Amir Sjarifoedin yang mengangkat Agus sebagai kolonel, Soerat Perintah bantuan untuk Kolonel Agus untuk pesiapan Museum Kesenian Nasional yang ditandatangani Soekarno, erwakilan Surat Kabar Merdeka di Batavia, bertandatangan Dr. G.W. Fris, Komite penilai lukisan oleh Pemerintah Amsterdam yang ditandatangani oleh Mr. A.de Roos dan masih banyak lagi.

Setelah tahun 1955, Agus sudah pindah dan menetap di pulau Bali bersama istri tercintanya, di sana ia mendirikan sebuah studio seni. Tahun 94 ia menerima sebuah penghargaan atau hadiah seni dari pemerintah RI dan ditahun tersebut akhirnya ia meninggal di Jakarta.

Nah, kira-kira itulah biodata mengenai Agus Djaya. Semoga artikel ini membantu kamu mendapatkan informasi.

You Might Also Like
Tinggalkan Balasan